BEYOURS.ID – Hidup di era perkembangan teknologi yang sangat cepat, membuat manusia terbiasa menggunakan alat bantu pencarian. Seperti Google, ChatGPT, dan AI lainnya. Bagi manusia 2024 sekarang, yang penting mudah mencari informasi. Kepo, sudah mendarah daging dalam setiap insan. Sampai mereka tidak perlu memfilter informasi.
Dan itu salah! Aku sudah merasakan sendiri dampaknya. Ketergantungan kepada AI atau mesin pencari, membuat pikiranku kian buntu. Sebab, begitu mudah mendapatkan informasi.
Dampak yang kurasakan adalah berpikir kritis kian melemah, informasi yang masuk tidak teratur, akhirnya aku cepat lupa dalam sagala hal. Kemampuan analisa kian tumpul, sebab otak tidak digunakan menganalisa. Semua serba mudah dengan cukup bertanya pada AI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maka benar adanya, jika di masa depan nanti manusia akan digantikan mesin (AI). Dari hal ini, aku sadar. Caraku menganlisa, berpikir kritis, mempelajari segala hal, bahkan literasi sudah dibantu AI. Secara tidak langsung, aku mengumumkan, bahwa diriku sudah digantikan AI.
Ketika pikiran buntu, bukannya mengajak diskusi teman sabaya, senior atau guru. Malah secara instan bertanya pada AI.
Ini perlu diperhatikan kembali, sebab untuk generasi selanjutnya, literasi harus semakin digalakkan.
Literasi bukan sekedar tentang menulis dan membaca. Literasi juga tentang memahami serta menganalisa apapun yang sedang dibaca. Dituliskan dalam bentuk praktik dalam hidup juga merupakan bagian dari literasi.
Benar kata AI itu sendiri, AI tidak dapan menuliskan emosional. Mereka hanya pandai merangkai kata menjadi kalimat yang informatif saja. Tidak ada esensi sama sekali. Membacanya juga terasa jenuh. Tidak ada variasi dalam penulisan suatu karya. Itulah AI
Berbeda dengan manusia. Mereka berharga karena memiliki hati dan akal. Mengolah keadaan sekitar menjadi suatu puisi. Menyampaikan tangis melalui sebuah rangkai kata indah. Dan semua itu tersampaikan kepada sesama manusia. Ketika kalimat hati disampaikan, maka hati yang lain dapat menerima itu. Selama hati itu tidak di cor penyakit hati.
Namun, AI membuat siapa saja candu. Kecanduan atas kemudahan mendapatkan informasi tanpa susah payah. Tidak lagi perlu mencari referensi dari tiap lembar buku. Tidak perlu lagi diskusi kesana kemari. AI dengan kecanggihannya, menyajikan apa yang kita inginkan dengan hidangan mewah di depan mata. Juga gratis. Siapa yang gak akan tergiur?
Buku mahal, karena kertas semakin langka. Sebab penebangan tidak ada hentinya.
Ini fakta yang dirasakan semua orang, tapi semua orang mengabaikan kejadian di sekitar mereka. Sebab apa? Yah, mereka sudah menikmati kemudahan dalam menggali suatu informasi.
Di masa mendatang. Generasi setelah kita, banyak anak yang semakin malas. Kedatangan AI sama saja pembodohon. Kenapa seperti itu? Karena mereka yang menerima AI, belum dibekali bagaimana cara memanfaatkan AI tanpa membuat diri mereka bodoh.
Seharusnya ada penjelasan dan pemahaman terhadap masyarakat, tentang bagaimana mengelola AI dengan lebih baik.
Yah, tapi masyarakat lebih suka menjadi bodoh dulu baru menyesal.